POSKO 17
DESA LOTTA
KECAMATAN PINELENG
KABUPATEN MINAHASA
RISKA ULAAN (Ekonomi)
ARISCHA ROMPIS (Kedokteran)
CYNDI SONDAKH (Kedokteran)
ANDREW PANGEMANAN (Kedokteran)
BELVA PALIT (Kedokteran)
HERY DARMAWAN (Hukum)
NOVIANUS TANGKO (Hukum)
THESSA KARUNDENG (Ekonomi)
INRI MANTIRI VEPLUN (Kedokteran)
GRANDY PANGEMANAN (Kedokteran)
SCIVO PAURAN (Kedokteran)
HANNAH PIJOH (Ekonomi)
INCHA KAHIMPONG (Ekonomi)
FRAIKE RUMONDOR (ISIP)
Desa Lotta Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa,
berdiri pada tanggal 8 Maret 2012 yang adalah hasil dari pemekeran dari Desa
Pineleng Dua dengan Penjabat Hukum Tua / Kepala Desa yang pertama asalah Bapak
DANIEL STEVANUS WONGKAR.
Asal usul penduduk pribuminya adalah To`u Pa`kinilowen
(orang Kinilow) dengan nama kampung Wanua Ure (Kalih 9 Kampung Tua Kalih) wilayah
Distrik Kakaskasen. Wanua Kalih kemudian lebih dikenal dengan sebutan Lotta,
karena tradisi buka telaga besar yang disebut Ma Lotta (Ba Pece=Becek/Lumpur)
yang diadakan menjelang Rumages Um Banua (Syukuran Kampung). Tradisi inimasih
berlangsung sampai Tahun 1968 yang diikuti oleh orang – orang Warembungan ,
Tateli,Pineleng, Kali, Kinilow dan Tinoor.
Pada Tahun 1905 Lotta mengalami
bencana wabah penyakityang kala itu belum ada serum obatnya (diduga penyakit
kolera) sehingga banyak korban meninggal pada waktu itu, maka masyarakat
mengungsi kebeberapa desa tetangga yaitu Kali, Warembungan, Tinoor, Kakaskasen,
Koka dan Pi’neleng yang artinya “Dipilih” karena penduduk Lotta memilih tempat
tinggal yang baru yaitu Desa Pineleng dimana didalamnya termasuk Desa Pineleng
Dua. Kemudian Suku, bahasa dan budaya aslinya yakni “Tombulu” tetapi lewati
beberapa perkembangan pemukiman dan populasi penduduk dari tahun ketahun sampai pada pemekaran di tahun 1985 dari desa
Pineleng Dua telah beragam suku, agama dan budaya ini disebabkan karena
Pineleng pada umumnya berbatsan langsung dengan Kota Manado ibu kota Provinsi
Sulawesi Utara yang dengan percepatan pembangunan Kota Manado lebih memilih
untuk pindah ke wilayah Lotta yang memang masih luas arealnya serta jauh dari
kebisingan kota dan udaranya masih sejuk. Kemudian dengan melihat perkembangan
penduduk yang cukup pesat serta kebutuhan pelayanan administrasi yang dirasakan
masyarakat jaraknya cukup jauh untuk ke kantor desa, maka atas keinginan
bersama tokoh – tokoh masyarakat dengan pemerintah Desa Pineleng Dua berhasil
dimekarkan Lotta menjadi satu desa dengan nama Desa Lotta.
Latar belakang
penduduknya terdiri dari berbagai suku, agama dan budaya dari berbagai daerah
di Indonesia. Namun walaupun kondisi
masyarakatnya sangat heterogen beragam
budaya dan latar belakang suku, ras dan golongan agama yang berbeda, tetapi
keberagaman inilah menjadi modal bagi
masyarakat untuk tetap saling menghormati satu dengan yang lain yang tercermin
dalam aktivitas keseharian masyarkat sangat melekat budaya Minahasa dengan
semboyan “Torang Samua Basudara” yang artinya kita semua bersaudara tetap terjalin
denganbaik dan juga budaya “Mapalus” masih terus dilestarikan, sehingga keamanan
dan kenyamanan selalu dirasakan oleh masyarakat.
Selanjutnya perlu diketahui Desa Lotta sekarang ini 40% mata pencaharian masyarakat adalah
sebagai petani penggarap, buruh dan pedagang kecil (tibo-tibo) yang mengambil /
menjual hasil kebun sebagai sumber pendapatan utama keluarga (keluarga
prasejahtera), dan dari penghasilan tersebut tentu belum dapat memenuhi
kebutuhan keluarganya, sehingga masih banyak keluargayang berpenghasilan rendah
dan mengakibatkan permaslahan bagi pemerintah desa untuk memikirkan kedepan
dalam rangka menurunkan angka kemiskinan.
|
Makam Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol |
|
Makam Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol |
|
Gua Bunda Maria Peninggalan Jepang |
|
Perusahaan Air Minum (PAM) |
|
Blessing Garden |
|
Waruga Desa Lotta |