Case Report: Pasien dengan Pneumothorax ec. TB Paru


Pneumothoraks adalah kumpulan dari udara atau gas dalam rongga pleura dari dada antara paru-paru dan dinding dada. Pneumothoraks dapat terjadi spontan ataupun akibat trauma. Pneumothoraks spontan bisa terjadi secara primer yaitu tanpa ada riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya (PSP), maupun secara sekunder yaitu disebabkan penyakit paru yang mendasarinya (PSS) seperti TB paru, PPOK, asma bronchial, pneumonia, dan sebagainya.

Insidens pneumothoraks sulit diketahui karena episodenya banyak yang tidak diketahui, pria lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 5:1. Dilaporkan di Inggris jumlah kematian akibat pneumothoraks 1,26 per 1.000.000 orang per tahun pada laki-laki dan 0,62 pada wanita. Angka kematian lebih tinggi pada lansia dan PSS.



Pneumothoraks dapat terjadi akibat pecahnya permukaan paru-paru yang memungkinkan udara keluar ke rongga pleura, biasanya akibat luka tusukan pada dinding dada sehingga udara masuk ke rongga pleura. Namun tanpa trauma dada, pneumothoraks juga dapat terjadi secara spontan. Pada PSP penyebabnya belum diketahui, sedangkan pada PSS paling sering adalah penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sebanyak 70% kasus. Penyebab lain bisa juga infeksi pada paru seperti TB paru, asma bronchial, pneumonia, dan sebagainya. PSS terjadi akibat pecahnya bleb viseralis atau bulla subpleura yang berhubungan dengan penyakit dasarnya.1 Pneumothoraks yang terjadi akibat TB paru sudah banyak ditemukan, walaupun belum banyak penelitian yang membahas hal ini. Probabilitas terjadinya pneumothoraks pada pasien TB paru mencapai 0,6-1,4%, sehingga dapat diestimasikan ±1% pasien dengan TB paru akan mengalami pneumothoraks.


Diagnosis pneumothoraks dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Gejala pneumothoraks bisa berupa sesak napas (80-100% pasien), nyeri dada (75-90% pasien) yang mendadak, nyeri bersifat tajam. Denyut jantung menjadi cepat, pernafasan cepat, batuk (25-35% pasien). Pasien juga dapat sianosis akibat menurunnya saturasi oksigen di darah. Pada PSS gejala yang timbul lebih berat dibandingkan PSP, dapat terjadi hiperkapnia (akumulasi karbondioksida dalam darah) sehingga menyebabkan kebingungan dan koma. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara napas melemah sampai menghilang, perkusi dapat normal atau hipersonor, stem fremitus dapat menurun. Pada pemeriksaan foto dada dapat terlihat garis pleura viseralis tampak putih, lurus atau cembung terhadap dinding dada dan terpisah dari garis pleura parietalis. Celah antara kedua garis tersebut tampak hiperlusens dan tidak ada corakan vaskuler pada daerah tersebut. Pemeriksaan CT-Scan mungkin diperlukan jika dengan foto dada diagnosis belum ditegakkan. Sensitivitas pemeriksaan CT-scan untuk mendiagnosis emfisema subpleura yang bisa menimbulkan pneumothoraks spontan primer antara 80-90%. Analisa gas darah arteri juga bisa dilakukan untuk memberikan gambaran hipoksemia walaupun tidak selalu diperlukan.


Penanganan pneumothoraks tergantung dari luasnya. Tujuan dari penanganan yang diberikan ialah mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Prinsip penanganan meliputi observasi dan pemberian tambahan oksigen, aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau tanpa pleurodesis, torakoskopi, dan torakotomi.


Komplikasi yang dapat terjadi ialah tension pneumothoraks (3-5% pasien), kegagalan respirasi akut, pio-pneumothoraks, hidro/hemo-pneumothoraks, henti jantung-paru dan kematian. Pasien dengan pneumothoraks spontan hampir separuhnya akan mengalami kekambuhan, setelah sembuh dari observasi maupun setelah pemasangan tube thoracostomy. Kekambuhan jarang terjadi pada pasien yang dilakukan torakotomi terbuka. Pasien yang sudah ditangani dengan baik umumnya jarang mengalami komplikasi, kecuali pada PSS yang tergantung penyakit yang mendasari.


Berikut akan dibahas kasus seorang pasien dengan pneumothoraks et causa TB paru yang dirawat di RSUP Prof R D Kandou Manado.



SELENGKAPNYA --> DOWNLOAD HERE (GOOGLE DRIVE)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar