Kuliah Kerja Terpadu (KKT) UNSRAT 110 Tahun 2015

POSKO 17
DESA LOTTA
KECAMATAN PINELENG
KABUPATEN MINAHASA
 
RISKA ULAAN (Ekonomi)
ARISCHA ROMPIS (Kedokteran)
CYNDI SONDAKH (Kedokteran)
ANDREW PANGEMANAN (Kedokteran)
BELVA PALIT (Kedokteran)
HERY DARMAWAN (Hukum)
 NOVIANUS TANGKO (Hukum)
THESSA KARUNDENG (Ekonomi)
INRI MANTIRI VEPLUN (Kedokteran)
GRANDY PANGEMANAN (Kedokteran)
SCIVO PAURAN (Kedokteran)
HANNAH PIJOH (Ekonomi)
INCHA KAHIMPONG (Ekonomi)
FRAIKE RUMONDOR (ISIP)


Desa Lotta Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa, berdiri pada tanggal 8 Maret 2012 yang adalah hasil dari pemekeran dari Desa Pineleng Dua dengan Penjabat Hukum Tua / Kepala Desa yang pertama asalah Bapak DANIEL STEVANUS WONGKAR. 

Asal usul penduduk pribuminya adalah To`u Pa`kinilowen (orang Kinilow) dengan nama kampung Wanua Ure (Kalih 9 Kampung Tua Kalih) wilayah Distrik Kakaskasen. Wanua Kalih kemudian lebih dikenal dengan sebutan Lotta, karena tradisi buka telaga besar yang disebut Ma Lotta (Ba Pece=Becek/Lumpur) yang diadakan menjelang Rumages Um Banua (Syukuran Kampung). Tradisi inimasih berlangsung sampai Tahun 1968 yang diikuti oleh orang – orang Warembungan , Tateli,Pineleng, Kali, Kinilow dan Tinoor. 

Pada Tahun 1905 Lotta mengalami bencana wabah penyakityang kala itu belum ada serum obatnya (diduga penyakit kolera) sehingga banyak korban meninggal pada waktu itu, maka masyarakat mengungsi kebeberapa desa tetangga yaitu Kali, Warembungan, Tinoor, Kakaskasen, Koka dan Pi’neleng yang artinya “Dipilih” karena penduduk Lotta memilih tempat tinggal yang baru yaitu Desa Pineleng dimana didalamnya termasuk Desa Pineleng Dua. Kemudian Suku, bahasa dan budaya aslinya yakni “Tombulu” tetapi lewati beberapa perkembangan pemukiman dan populasi penduduk dari tahun ketahun  sampai pada pemekaran di tahun 1985 dari desa Pineleng Dua telah beragam suku, agama dan budaya ini disebabkan karena Pineleng pada umumnya berbatsan langsung dengan Kota Manado ibu kota Provinsi Sulawesi Utara yang dengan percepatan pembangunan Kota Manado lebih memilih untuk pindah ke wilayah Lotta yang memang masih luas arealnya serta jauh dari kebisingan kota dan udaranya masih sejuk. Kemudian dengan melihat perkembangan penduduk yang cukup pesat serta kebutuhan pelayanan administrasi yang dirasakan masyarakat jaraknya cukup jauh untuk ke kantor desa, maka atas keinginan bersama tokoh – tokoh masyarakat dengan pemerintah Desa Pineleng Dua berhasil dimekarkan Lotta menjadi satu desa dengan nama Desa Lotta. 

Latar belakang penduduknya terdiri dari berbagai suku, agama dan budaya dari berbagai daerah di Indonesia. Namun  walaupun kondisi masyarakatnya  sangat heterogen beragam budaya dan latar belakang suku, ras dan golongan agama yang berbeda, tetapi keberagaman  inilah menjadi modal bagi masyarakat untuk tetap saling menghormati satu dengan yang lain yang tercermin dalam aktivitas keseharian masyarkat sangat melekat budaya Minahasa dengan semboyan “Torang Samua Basudara” yang artinya kita semua bersaudara tetap terjalin denganbaik dan juga budaya “Mapalus” masih terus dilestarikan, sehingga keamanan dan kenyamanan selalu dirasakan oleh masyarakat. 

Selanjutnya perlu diketahui Desa Lotta sekarang  ini 40% mata pencaharian masyarakat adalah sebagai petani penggarap, buruh dan pedagang kecil (tibo-tibo) yang mengambil / menjual hasil kebun sebagai sumber pendapatan utama keluarga (keluarga prasejahtera), dan dari penghasilan tersebut tentu belum dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga masih banyak keluargayang berpenghasilan rendah dan mengakibatkan permaslahan bagi pemerintah desa untuk memikirkan kedepan dalam rangka menurunkan angka kemiskinan. 

Makam Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol
Makam Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol
Gua Bunda Maria Peninggalan Jepang
Perusahaan Air Minum (PAM)
Blessing Garden
Waruga Desa Lotta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar