Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus berbentuk silindris, menonjol, dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 menyatakan bahwa kanker merupakan penyakit tidak menular yang mengakibatkan kematian terbanyak di dunia. Dalam hal ini kanker menempati urutan nomor dua penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan pembuluh darah. Setiap tahunnya terdapat 12 juta penderita kanker serviks dan 7,6 juta jiwa diantaranya meninggal dunia.
GLOBACAN yang merupakan salah satu proyek dari International Agency for Reasearch on Cancer (IARC) juga melaporkan pada tahun 2008, bahwa kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Dengan kejadian rata-rata 15 per 100.000 wanita, dan sebesar 7,8 % per tahun meninggal dunia akibat kanker serviks pada seluruh wanita di dunia. Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengidap kanker serviks kedua terbesar setelah Cina.
Di Indonesia, insidens kanker serviks di perkirakan kurang lebih 40.000 kasus pertahun dan masih merupakan kanker wanita yang tersering. Hal itu terjadi karena pasien datang dalam stadium lanjut. Menurut data Departemen Kesehatan RI, penyakit kanker serviks saat ini menempati urutan pertama daftar kanker yang di derita kaum wanita. Saat ini di Indonesia ada sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70% kasus yang datang ke rumah sakit di temukan dalam keadaan stadium lanjut. Selama kurun waktu 5 tahun, usia penderita antara 30 - 60 tahun, terbanyak antara 45 - 50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari wanita berusia <35 tahun menunjukkan kanker serviks yang invasif pada saat di diagnosis, sedangkan 53% dari kanker insitu terdapat pada wanita di bawah usia 35 tahun.
Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Adapun faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia dini (< 16 tahun), memiliki banyak partner sexual, penderita HIV ataupun, seseorang yang selain terinfeksi HPV juga mengalami penekanan kekebalan (immunosuppression) dan wanita perokok aktif.
Kanker serviks hingga saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang terjadi dengan angka kejadian dan kematian yang semakin tinggi di Indonesia. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut dan keadaan umum yang lemah, serta lemahnya status sosial ekonomi yang terjadi pada sebagian besar pengidap kanker serviks mempengaruhi prognosis dari penderita kanker serviks. Tinggi rendahnya prognosis pada penderita kanker serviks juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan mengenai kanker serviks yang sebenarnya dapat dideteksi secara dini sebagai tindakan preventif bagi wanita yang telah aktif dalam aktivitas seksual seperti pap smear dan inspeksi visual asetat (IVA).
Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Pilihan terapi sangat bergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit melalui system stadium.
Berikut ini akan dilaporkan kasus kanker serviks stadium IIA2 pada seorang wanita usia 52 tahun yang dirawat di bagian obstetric dan ginekologi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.
SELENGKAPNYA --> DOWNLOAD HERE (GOOGLE DRIVE)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar