Sepenggal Cerita dari Kepulauan Morotai, Mutiara di Bibir Pasifik


Indonesia Timur selalu punya cerita. Cerita kali ini datang dari gugusan kepulauan Morotai, yang terletak di Kabupaten Kepulauan Morotai, Provinsi Maluku Utara.

Untuk mencapai pulau Morotai kita bisa menggunakan jalur udara maupun laut. Singkat cerita pada 31 Maret 2018, kami (saya, agung, lesley, maykel, bersama dr. Ronald) berangkat dari Bandar Udara Sam Ratulangi Manado menuju ke Kao, Maluku Utara. Lama perjalanan sekitar 1 jam. Untuk ke pulau Morotai kami harus menggunakan speedboat dari Tobelo. Perjalanan dari Kao ke Tobelo memakan waktu sekitar 1 jam melalui jalur darat. 

Sesampainya di Tobelo, kami disuguhi hidangan makan siang dari keluarganya Maykel. Setelah makan siang, kami langsung menuju ke Pelabuhan Tobelo untuk bertolak ke Pulau Morotai.

Cuaca yang baik mengiringi perjalanan kami yang ditempu sekitar 40 menit ke Pulau Morotai. Kami tiba di Pelabuhan Daruba, Morotai sekitar pukul 2 siang. Kami langsung diantar menuju ke D'Aloha Resort, tempat kami menginap. Resort ini terletak di tepi pantai sehingga terdengar suara ombak dan angin pantai yang khas. Kami hanya meletakkan barang di Resort ini dan langsung berangkat lagi untuk menuju ke sebuah air terjun yang cukup terkenal di pulau ini. Namanya air terjun Raja. 




Perjalanan dari resort menuju ke Desa Raja tempat air terjun tersebut cukup jauh, sekitar 1-1,5 jam. Setibanya disana, kami harus menyusuri sungai untuk tiba ke lokasi air terjunnya. 

Lelah yang kami rasakan selama perjalanan terhapuskan sudah berkat keindahan air terjun ini. Tidak terlalu tinggi namun tetap indah dan membuat suasana sejuk. Sebenarnya menurut penjaga di tempat, ada lokasi air terjun lain yang lebih indah namun kami harus terus menelusuri sungai selama 1 jam. mengingat hari itu sudah sore, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan.





Setelah menikmati keindahan air terjun tersebut, kami sempat disuguhi pisang goreng di pondok sekitar air terjun tersebut. 

Tak terasa, hari sudah semakin sore, kami memutuskan untuk kembali ke resort untuk istirahat sebelum melanjutkan perjalanan saat malam hari. 

Malamnya, sekitar pukul 10, saat kami sudah mandi dan makan malam di hotel, tak lupa kami mampir ke taman kota dekat pelabuhan. Walaupun malam sudah larut namun taman tersebut masih ramai dipenuhi penduduk setempat maupun wisatawan yang berfoto ataupun hanya nongkrong-nongkrong.




Tak terasa, sudah pukul 11 malam, kami akhirnya kembali ke resort untuk istirahat mengingat besok akan menjadi hari yang panjang.

Esoknya, (1 April 2018) setelah bersiap-siap, tepatnya pukul 8 pagi, kami berangkat menuju ke pelabuhan untuk bertolak ke Pulau Dodola, destinasi wisata Morotai yang paling populer saat ini. 




Perjalanan dari pelabuhan Morotai ke Pulau Dodola memakan waktu sekitar 30 menit menggunakan speedboat. Saat itu cuaca sedang cerah dan angin berhembus sepoy-sepoy. Berdasarkan saran dari awal kapal, sebelum ke Dodola kami mampir sebentar di Pulau Zum Zum atau biasa juga disebut Mc Arthur Island. Mc Arthur adalah panglima asal Amerika Serikat yang berperan dalam Perang Dunia II dalam merebut Filipina. Tampaknya pulau ini merupakan pulau basis si McArthur dalam penyerangannya. Pulau ini berpasir putih yang indah dan terdapat ada beberapa tugu dan patung peninggalan yang merupakan ikon di pulau yang tak berpenghuni ini. Kami tak berlama-lama disini karena harus melanjutkan perjalanan ke tempat utama yang ingin kami tuju: Pulau Dodola.












Perjalanan dari Zum Zum ke pulau Dodola hanya sekitar 20 menit. Cukup singkat mengingat pemandangan lautan yang indah menyuguhi perjalanan kami kesana. 

Dari kejauhan, sudah tampak Pulau Dodola. Pulau Dodola merupakan pulau tak berpenghuni. Di sini setiap mata akan dimanjakan dengan gradasi jernihnya laut dan hamparan pasir putih di sekelilingnya. Secara geografis terbagi menjadi dua, Dodola Besar dan Kecil.





Keunikannya Dodola Besar dan Dodola Kecil menyatu saat air surut dan terpisah saat air pasang. waktu rentang air surut di lokasi ini cukup lama, yakni pukul 10.30 hingga 19.00 waktu setempat. Setiap wisatawan yang berkunjung pasti terpesona dengan keindahan Pulau Dodola. Hamparan pasir putih yang halus dari Pulau Dodola Besar ke Pulau Dodola Kecil, air laut bagaikan kristal, desiran ombak kecil dan langit yang biru membuat pulau ini semakin romantis bagi pengunjung yang membawa pasangannya. Sayangnya kami tidak. Hahaha. 




Pantai Dodola terkenal dengan air yang luar biasa jernih dan pasir yang sangat putih. Tak heran wisatawan disana tertarik untuk diving atau sekedar bermain air di tepi pantai. Tapi perlu diperhatikan, pantai Dodola ini sebenarnya adalah teluk. Sehingga perbedaan kedalaman air lautnya sangat mencolok antara bibir pantai dengan yang agak jauh dari pantai. Kita bisa perhatikan perbedaan warna airnya yang mencolok menunjukan perbedaan kedalamannya walau masih beberapa meter dari pantai.



Pemerintah disana menyediakan cottage bagi anda yang ingin bermalam disana. Untuk jaringan telpon (telkomsel) sinyal cukup baik. anw, Jetski maupun banana boat juga disediakan, namun saat itu lagi diperbaiki. Kegiatan lain yang dapat kalian lakukan disini ialah snorkeling, berenang maupun memancing. 






Saran: sebaiknya anda menyiapkan sunblock dengan SPF yang tinggi juga lotion anti nyamuk, karena selain disini panas, juga terdapat nyamuk yang disebut "agas" oleh penduduk setempat yang gigitannya bisa berbekas sampai berhari-hari.


BACA JUGA:
1. Pulau Lihaga, Surga Tersembunyi di Likupang Sulawesi Utara
2. Pulau Nain - Siladen: Wisata Menakjubkan di Sulawesi Utara 
3. Moment Tak Terlupakan di Lolak, Bolaang Mongondow 

Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa kami sudah cukup lama ada di Dodola. Kami ingin menikmati keindahan pulau-pulau lain disekitar. Pukul 1 siang kami bertolak menuju ke Pulau Pasir Timbul yang jaraknya sekitar 20 menit menggunakan speedboat dari Pulau Dodola.

Pulau Pasir Timbul sayang bila tidak disinggahi. Yang unik dari pulau ini adalah pulau ini hanya muncul ketika air sedang surut. Kita dapat melihatnya seperti telur dari atas pulau karena memang pulau ini hanya terdiri dari pasir semata tanpa ada satupun pepohonan. Ini adalah salah satu foto yang diambil dari sisi paling ujung pulau tersebut agar tampak bahwa seluruh pulau hanya berisi pasir saja tanpa ada pohon atau apapun. Kami mandi dan bermain air di pulau ini. 



Setelah selesai beraktifitas di Pulau Pasir Timbul, kami menuju ke pulau terakhir edisi wisata hari ini. Namanya Pulau Kokoya. Pulau ini ditempuh hanya dengan waktu 10-20 menit menggunakan speedboat. Sebenarnya pulau ini cukup indah, namun karena kami sudah melihat yang lebih indah, jadi kesannya biasa saja. Kami mampir disini untuk makan siang. 




Tak terasa, waktu telah menunjukkan pukul 4 sore, kami bersiap kembali ke Pelabuhan Daruba, Pulau Morotai (Pulau Utama). 

Karena kelelahan, kami ketiduran di resort sehingga bangun nanti sekitar pukul 10 malam. Warung Lalapan di pusat kota menjadi pilihan makan malam kami.

Esoknya setelah sarapan dan mandi, kami berangkat menuju ke Bandar Udara Pitu, Morotai. Perjalanan dari resort ke bandara memakan waktu hanya sekitar 10 menit. Sebelum sampai ke bandara, kami singgah di Monumen Trikora bersama Museumnya. Monumen ini dibangun sebagai simbol bahwa dulu pulau Morotai dijadikan sebagai tempat mendarat pasukan Trikora ketika akan berjuang merebut kembali Irian Barat. Setelah foto-foto bersama dan mendengarkan sepenggal sejarah, kami akhirnya bertolak ke Bandara. 






What a trip!!! 

Indonesia memang menyimpan kekayaan alam yang luar biasa dan bahkan mungkin masih banyak yang belum tampak oleh jangkauan kita. Itulah pesona keindahan Kepulauan Morotai yang didalamnya terdapat Pulau Dodola, Pulau Pasir Timbul, Pulau Kokoya dan masih banyak yang lain di Ujung Halmahera Utara Provinsi Maluku Utara. Jika kita saja kagum dengan alamnya, seharusnya kita lebih kagum dengan yang menciptakannya. :)

1 komentar:

  1. dari dulu pengen kesana.
    budgetnya berapa mas?
    bikin ngiler liatnya.

    BalasHapus